Senin, 19 Juli 2010

Hidup Sehat, Konsumsi Pangan Organik

Bahaya polusi dan hal-hal yang berbau kimiawi membuat sebagian orang mulai menyadari arti penting pola hidup sehat. Salah satunya dengan mengonsumsi makanan organik, yakni bahan makanan bebas kimia.

AHLI teknologi pangan Prof Dr FG Winarno dalam buku Pengantar Pertanian Organik, yang disebut pertanian dan pangan organik adalah pangan yang diproduksi tanpa pupuk kimia atau artifisial dan atau pestisida sintetis. Namun, menggunakan pupuk organik seperti menur dari kotoran dan feses ternak, yang dikenal sebagai pupuk kandang serta kompos yang terbuat dari limbah hasil panen pertanian yang telah mengalami fermentasi spontan.

�Sedangkan yang dimaksud dengan pestisida alami, misalnya predator spesies binatang,� ujar Winarno. Dia menambahkan, definisi pangan organik lainnya dapat melebar dan meluas. Contohnya, The International Federation of Organic Agriculture Movement (IFOAM) mengajukan batasan yang mencakup lebih luas dari sekadar aspek biofisik, yaitu meliputi beberapa aspek, seperti perikebinatangan (animal welfare), biodiversitas, dan keadilan sosial.

Menurut Ahli Terapis Organik dari Healthy Choice Kemang dr Angela C Ardhanie, yang dimaksud produk organik ialah produk yang pada proses penanaman dan pembuatannya tidak menggunakan bahan kimia atau zat-zat berbahaya. �Misalnya, beras dan sayur organik yang pada proses penanamannya tidak menggunakan pestisida atau pupuk kimiawi.

Kemudian, pada proses selanjutnya juga tidak menggunakan pemutih. Sekarang kan banyak beras yang memakai pemutih, juga untuk gula dan tepung,� ujar dr Angela. Karena itu, untuk menanam secara organik, pengolahan dalam perkebunan organik juga harus melalui proses pembersihan terlebih dahulu.

Terutama, jika sebelumnya perkebunan tersebut telah digunakan untuk menanam secara konvensional menggunakan pembasmi hama pestisida dan pupuk yang mengandung unsur kimiawi lain. �Ketika suatu produk disebut layak organik harus memiliki sertifikasi yang dikeluarkan lembaga tertentu,� tegas dr Angela.

Memang budi daya secara alami akan menghasilkan bahan pangan tergolong tidak menarik dari sisi penampilan. Prof Dr Ir Ali Khomsan MS, ahli gizi Institut Pertanian Bogor (IPB), dalam suatu diskusi membenarkan bahwa bahan pangan organik, terutama sayuran mempunyai performa yang tidak menarik, banyak yang berlubang, dimakan ulat dan serangga.

Namun, jika ditinjau dari kualitas cita rasa, pangan organik memang lebih baik. �Dari sisi cita rasa, bahan pangan organik juga lebih lezat.Sayuran dan buah organik lebih renyah, lebih manis, dan tahan lama. Sedangkan yang bukan, kandungan airnya tinggi sehingga rasanya kurang manis dan lebih cepat busuk,�paparnya.

Selain itu, Ali Khomsan mengungkapkan,bahan pangan organik tertentu seperti sayuran dan buah, kandungan mineral lebih baik dibandingkan bahan pangan konvensional. Beberapa penelitian menunjukkan, sayuran seperti kubis, selada, tomat, kandungan mineral kalsium,fosfor, dan magnesium jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sayuran anorganik.

Seperti tomat organik, kandungan kalsiumnya 23 mg, sedangkan yang bukan hanya 5 mg. Sementara itu, dr Angela membenarkan anggapan masyarakat yang mulai beralih ke pangan organik untuk mencapai kesehatan optimal. Meskipun, cenderung ke tindakan preventif. �Konsep kami untuk pangan organik, yaitu untuk mencapai hidup sehat. Jadi gaya hidup berubah, dari makan junk food atau makan sayuran yang terpapar pestisida, ditambah atau pengawet ke organik.

Tujuannya untuk mencegah penyakit atau preventif. Sebab, setiap zat yang ditambahkan pasti ada efek negatifnya,� tutur ibu satu anak itu. Pasalnya, jika zat-zat yang berbahaya tersebut terus menerus dikonsumsi, akan menjadi beban yang menumpuk di dalam tubuh seseorang.(ririn sjafriani)


Sumber :
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/kesehatan/hidup-sehat-konsumsi-pangan-organik-3.html

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes